Gemar Menebang dan Tidak Mau Menanam

November 15, 2008 at 10:46 pm (Uncategorized)

Suatu ketika…..
Waktu kecil dulu aku dan bapakku selalu berdialog saat kami pergi ke kebun, kebun kami tidak terlalu luas, tetapi harapan kami luas, melebihi luasnya kebun tempat bapak kami menanam berbagai macam pohon, dari pohon kelapa, petai, jambu, mirah, cengkeh dan bambu serta pohon perdu untuk keperluan batas dan pagar rajeg. Yang sangat mengagumkan dari Bapak saya adalah, beliau selalu berpesan paling sering kepada saya, karena saya adalah anak bungsu dari keluarga besar kami, “Anakku aku menanam pohon ini, mungkin aku tidak menikmati hasil buahnya, tetapi ini untukmu, untuk anakmu dan untuk cucumu, karena itulah kamu jangan sungkan dan malas untuk menanam, kelak pasti akan menuai hasilnya, tidak ada proses yang pendek dalam kehidupan dunia ini, dan ingat proses akan mendewasakanmu, walaupun itu pahit dan berliku, tetapi orang yang mau melewati proses dia akan sangat kuat, bertambah kuat dan akhirnya menjadi yang terkuat, persis seperti namamu; dan kamu tidak usah memikirkan apakah tanamanmu akan berbuah atau tidak, karena menanamnya sendiri sudah dihitung sebagai ibadah, sebuah kebaikan oleh Allah Swt. Jadi tidak pernah rugi dalam menanam, niatkanlah karena Allah Swt semata, dan insyaallah akan menjadi pohon yang berguna bagi kita dan anak cucu kita, …….
Potongan petuah yang sengaja saya beri kiasan dan gambaran yang Bapak sampaikan, tidak sama persis seperti itu, yang terucap tidak sampai sedetil itu, tetapi setelah saya renungkan lama, ada makna yang tersirat dan saya ikhtisarkan sebagaimana tersebut diatas, sangat dalam untukku dan mudah-mudahan bermanfaat pula untuk anda yang sempat membaca tulisan saya ini.
Pesan Bapak sebetulnya menukilkan sebuah hadits nabi, bahwa tanamlah kurma walaupun kamu tahu besok adalah hari kiamat, jadi betapa urgen dan mendesak untuk segera menanam, pohon khususnya. Dan makna yang lebih luas adalah menanam segala kebaikan pasti kita akan menuai kebaikan pula, dan sebaliknya janganlah kita menanam sekecil apapun keburukan karena kita akan menerima akibatnya pula, siapa menebar angin akan menuai badai, siapa menebar satu bulir padi dia akan menuai serumpun padi yang bernas.
Gemar menebang dan tidak mau menanam, adalah penyakit bangsa ini, yang maunya menuai hasil tanpa proses dan potong kompas. Dan orang atau bangsa yang tidak mau menjalani proses dia akan menjadi bangsa yang tidak kuat, peragu, rapuh dan miskin pengalaman, yang mengakibatkan kemunduran bangsa itu sendiri, ini terjadi disini.
Menanam adalah mudah, memeliharanya adalah perlu kesabaran dan kedisiplinan, menebang adalah perkara mudah, tidak perlu sabar, tidak perlu kedisiplinan seperti waktu kita mulai menanam dan memberinya pupuk, memeliharanya dengan telaten, atau seperti membersarkan anak ayam, sabar, disiplin dan telaten, memberi makan, memberi suntikan vaksin dan membersihkan kandangnya, tetapi menyembelih adalah hal yang sangat berbeda dari memelihara, ia mudah, tidak banyak syarat, dan hampir semua orang bisa melakukannya. Mari kita mulai menanam dan memelihara pohon kita, pohon disekitar rumah kita, adakah kita sudah menyadari bahwa sebagian besar dari kita adalah termasuk orang yang gemar menebang dan lupa atau enggan menanam, apalagi memelihara jauh dan jauh dari hal itu. Ciri bangsa yang akan maju adalah mau melalu proses, ciri bangsa yang akan kuat adalah konsisten terhadap tujuan dan tidak anti pati kepada proses, dan kita bukan bangsa yang begitu, bangsa instan, bangsa buih, bangsa enceng gondok atau sekedar debu yang tidak berharga ditiup angin yang lalu….. menyedihkan.
Solusinya : Mulailah dari diri sendiri dan jangan menyalahkan orang lain, mulailah dengan membaca Basmalah dan akhiri dengan Alhamdulilah, dan sadarilah bahwa sebuah bangsa adalah berasal dari sekumpulan suku, dan sekumpulah ras yang berbeda-beda, dan ras-suku adalah kumpulan dari beberapa individu jadi kesimpulannya bangsa terbentuk dari individu-individu, bila individu baik, satu RT akan baik semua, bila semua RT baik, satu RW akan baik dan seterusnya semua Kabupaten baik, provinsinya adalah baik dan negaranya baik kalau rakyat (individu)nya adalah terdiri dari orang yang sholeh dan baik. Mari menanam dan selektiflah dalam menebang, setelah menebang segera ganti suksesornya, pengganti tanaman yang telah kita gunakan untuk keperluan. Dan untuk bisa melewati proses adalah iman dan niat yang jelas, fokus dan hadapi semua rintangan dengan tawakkal, tidak ada kata terlambat, sekaranglah waktunya untuk menanam. Pohon dan kebaikan, insyaallah….

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Ularku Mengendalikan Hama Tikus

November 9, 2008 at 2:20 am (Uncategorized)

Sahabat  petani itu….

Ular sanca, ular sawah, ular jali, ular jali watu, ular uwi,- semua dalam bahasa saya orang Banyumas, bagian selatan perbatasan dengan Cilacap – ular tanah yang memang diciptakan berguna dalam memberantas hama tikus, dan ular adalah hewan yang sangat menakutkan tikus, juga manusia, dan tidak bisakah kita mengetahui bahwa mereka punah dengan harga yang sangat murah tetapi berpengaruh sangat buruk kepada kita ?, sedikit kita jual kepada tukang (kulit, daging) ular, banyak kerusakan dan kerugian akibat serangan hama yang kita terima – khususnya serangan hama tikus.

Bila masih banyak ular disawah dan ladang, kita tidak usah berburu tikus karena mereka akan bisa membunuh sekitar 10.000 ekor tikus setahun, bisa dibayangkan bila itu hanya satu ular, kita tahu mereka kalau bertelur tidak mungkin hanya satu telur, ratusan, dan bila katakanlah sertus ular dengan membunuh tikus masing-masing sepuluh ribu per tahun, 10.000 x 100 = 1.000.000,- sejuta tikus yang bisa dikendalikan oleh mereka dan padi akan tidak terserang, kalaupun ada tikus pasti tidak akan lama, karena mereka selalu mengejarnya, dan tidak usah khawatir ular akan kelaparan karena tikuspun sangat pesat perkembangannya, setahun bisa beranak (365/90) x 5 = 48 per tikus per tiga bulan dikalikan 4 = 192 ini per tikus indukan I dan bisa dibayangkan populasinya bila semua tikus itu beranak sepuluh persen adalah jantan maka bisa kita menghitungnya 171 tikus Induk Kedua I beranak 3 kali, dan seterusnya karena dia sudah dewasa dalam waktu 3 bulan. Berarti dalam 3 bulan sudah ada induk Kedua, 6 Bulan sudah ada induk Ke III, dan seterusnya. Dengan angka yang bukan lagi deret ukur tetapi sudah seperti perpangkatan dan tidak heran bahwa kita kewalahan mengendalikannya dan memang yang berkewajiban mengendalikan tikus adalah ular, bukan kita, bila ingin tampak gagah mengendalikan tikus maka kita sering menyingkirkan ular dari jabatan ini ? Sungguh bodoh dan seharusnya kita malu pada ular, karena jabatan yang kita rebut tidak bisa dijalankan dengan baik, malah kita ditertawakan tikus-tikus yang memang sangat cepat perkembangannya, naif.

Ini proyek jangka panjang, tidak mungkin melaksanakan sendirian perlu dukungan dari masyarakat dan petani pada khususnya serta para penduduk pada umumnya, agar menjaga, memelihara ular berkembang dengan baik di alam dan tidak perlu ditangkap lalu dijual dan dikuliti dengan bayaran yang sangat murah – pertimbangkan dengan fungsi ular tersebut dalam habitatnya – sebagai mesin pembasmi tikus dan penyeimbang jumlah hewan pengerat tersebut.

Ini juga merupakan proyek non profit secara instan, bukan juga amal sosial, tetapi proyek mandirinya kita sebagai masyarakat petani yang bisa berbuat untuk mensukseskan swasembada pangan yang menjadi idaman bangsa ini, mengekspor beras dan mengimpor alat pertanian yang sangat modern untuk mengola lahan dengan lebih cepat dan hasil yang lebih besar, karena satu hama yang menjadi momok para petani bisa teratasi, yakni tikus. Ini akan menguntungkan.

Mungkin terasa sangat percaya diri dan naif bila kita melepaskan ular sawah lalu kita berharap mereka berkembang dengan baik dan terjaga, sebab kesadaran untuk mengerti dan memahami tentang kegunaan ular – dalam jangka panjang bukan dalam waktu instan, seperti yang biasa dilakukan sekarang, dijual dan dibunuh dengan tidak ada manfaat jangka panjang dan besar – belum ada, bahkan diabaikan, ini membuat miris dan prihatin, tetapi ini juga kenyataan yang terjadi di lapangan, bukan teori di meja kerja pada penyuluh, tetapi praktek lapangannya adalah sebagaimana tersebut diatas, kesadaran akan pentingnya keseimbangan ekosistem sawah – baca : ular – belum terpatri dihati masyarakat kita, dan oleh sebab itulah maka kita sebagai masyarakat agraris harus selalu mengerti binatang apa yang bisa menguntungkan dan yang tidak menguntungkan, walaupun sebenarnya sudah mengetahuinya tetapi bagi sebagian besar masyarakat kita tidak pernah peduli dengan kesimbangan ekosistem sawah yang merupakan pokok dan tonggak penghasil beras. Dengan tidak membunuh dan menangkap ular dengan harga yang murah, biarkan mereka menjalankan fungsinya sebagai penyeimbang ekosistem di sawah terutama untuk pengendalian hama tikus.

Kesimpulan

Masih banyaknya masalah petani, pertanian dan masyarakat pada umumnya, tidak perlu kita menghakimi siapa yang bersalah dalam keadaan seperti sekarang ini, pupuk mahal, insekstisida mahal, bibit mahal dan ditambah lagi dengan serangan hama, lengkap penderitaan petani, bila panen raya mereka dijatuhkan dengan harga yang tidak masuk akal dengan pengeluaran dan biaya operasional sampai dengan mereka panen, mereka selalu merugi, pemerintah belum berpihak sepenuhnya pada petani – yang merupakan tulang punggung pangan Negara – mereka lebih berpihak kepada tengkulak, dalam sekala besar maupun tengkulak sekala kecil, ini yang menyebabkan banyak orang yang ingin bertani menjadi gerah, takut bahkan putus asa bila memikirkan nasibnya, tetapi yang terjadi petani kita adalah petani paling gigih didunia, paling tabah se asia tenggara, dan paling berjasa se Indonesia, selalu bertani sebagai pilihan dengan niat baik dihati mereka. Tetapi nasib mereka sangat ironis, dalam kenestapaan dan sebagian dalam kemiskinan, lalu siapa yang peduli ? Pemerintah ? hanya isapan jempol, pemerintah hanya menggunakan suara petani dalam pemilu dan tidak pernah mereka dengan ikhlas mau menjadi pengayom, pembimbing, pembina dan pelindung petani, kita tidak perlu buruk sangka kepada pemerintah, biarlah mereka memerintah dengan kebijakan mereka sendiri, petani sebagai rakyat tentu akan mematuhinya sekalipun tidak baik buat mereka. Satu cara saja kita berikan untuk membantu mereka dalam menutupi satu dari beberapa nestapa yang mereka derita, mengendalikan hama tikus dengan optimalisasi fungsi ular sebagai predator alami tikus.

Solusi.

Solusi dari permasalahan kita sebagai bangsa agraris, terutama menyangkut masalah ular sawah adalah menjadikan masyarakat mengerti bahwa ular itu tidak boleh ditangkap, dijual ataupun dibunuh dengan sia-sia, dibuat semacam undang-undang dalam sebuah wilayah dimana membunuh ular sawah, tanah, sanca dengan tanpa alasan, menjual belikan dan pelaku pembeli ular dinyatakan sebagai pelanggaran hukum dan harus jelas hukumannya. Sebagai contoh, misalnya menjual ular seharga Rp. 20.000,- maka dendanya adalah Rp. 50.000,- dan seterusnya, bila mereka tidak punya uang sebanyak itu maka mereka bisa dimafaatkan sebagai terpidana secara sosial untuk menjalani pekerjaan sosial – mengumpulkan batu untuk pengerasan jalan dengan panjang 10 meter misalnya – dengan harapan yang terhukum merasa sangat sia-sia membunuh dan menjual ular tidak sebanding dengan hukuman yang diterimanya. Melaporkan kepada pihak yang berwajib bila ada pengepool ular, diadukan sebagai tersangka kejahatan, dan bila ada ular yang masih hidup harus segera dilepaskan. Menebar bibit ular (yang tidak berbisa), di sawah-sawah, kebun dan tempat lain yang sekiranya bisa mengendalikan hama tikus.

Satu lagi semua ini adalah perlu biaya yang tidak kecil, tetapi jauh dari itu semua yang paling diperlukan adalah kesadaran akan pentingnya pendidikan tentang pengendalian hama secara alami, yang mengakibatkan kerusakan, khususnya tikus. Memang untuk awalnya sulit tetapi bila sudah mengetahui akan adanya keseimbangan, maka kita semua pasti akan menjaga dan memelihara keseimbangan tersebut dengan senang hati, bukan saja ular, tetapi predator alami hama tanaman pangan, pasti akan kita jaga, dan membiarkan mereka menyeimbangkannya, bukan kita yang mengambil alih fungsi mereka dengan racun yang bisa merugikan, lingkungan dan manusia, pada akhirnya tidak ada keseimbangan ekosistem dan hama merajalela, mengakibatkan kerugian pada petani. Satu lagi nilai positif dari predator alami ini, relative murah, dan ramah lingkungan, jitu dalam setiap inci pemberantasan hama – ular pada tikus, – burung elang pada hama burung, – burung pada hama belalang, – katak pada hama ulat,- tawon pada hama ulat, dan lain sebagainya, jadi mengapa kita mengambil yang besar fungsinya dengan harga yang sama sekali tidak setimpal ? mengambil keuntungan sangat kecil untuk kerusakan dan kerugian yang meluas dan tidak terkira besarnya ?

Sekarang sudah saatnya, sebab belum terlambat, datangkan ular dari sudut-sudut negeri ini yang masih baik ekosistemnya – populasi ular melimpah seperti hutan – lalu semai mereka ditempat dengan populasi tikus yang melimpah, sawah misalnya, tidak usah kita yang kerja memburu tikus, penyeimbang datang dan hati petani senang. Satu masalah teratasi ini kredit poin, lalu selesaikan masalah yang lain dengan sungguh-sungguh, tawakkal kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berusaha dengan sebaik-baiknya. Apabila kamu telah menyelesaikan suatu pekerjaan, kerjakan urusan yang lain dengan sungguh-sungguh. Sumbangan kecil ini mungkin tidak berarti, tapi saya ikhlas untuk memberikannya, hanya ide kecil dan tulisan beberapa lembar yang penuh kekurangan, tetapi saya berharap pesan utama dari saya mengena, dan bila sudah dibaca saja saya sangat senang, apalagi dipraktekkan dengan disiplin ilmu yang tentunya lebih tinggi dengan para pakar yang sangat ahli dibidangnya, saya sangat bersyukur, dan bila masih dalam wacana itupun bukan merupakan kerugian bagi saya. Sedikit saya berikan kepada negeri ini adalah berarti banyak buat saya, karena saya sangat mencintai negeri ini, lebih dari apa yang telah negeri ini berikan kepada saya, terima kasih.

Depok, 9 Nopember 2008

Nb : kalau ada sumber berita tentang research ular sawah dan kegunaannya di asia tenggara, tolong kami di beri link.nya, terima kasih.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar